Teknik Pengumpulan Data

Riset bisa dimaksud selaku sesuatu cara pelacakan dengan cara analitis yang tertuju pada penyediaan data buat menuntaskan permasalahan. Selaku sesuatu aktivitas analitis riset wajib dicoba dengan tata cara khusus yang diketahui dengan sebutan tata cara riset, ialah sesuatu metode objektif buat memperoleh data dengan tujuan dan khasiat khusus. Metode objektif ini wajib dilandasi identitas keilmuan ialah logis, empiris, serta analitis.

Tata cara pengumpulan data merupakan teknik ataupun cara- cara yang bisa dipakai oleh periset buat pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk sesuatu tutur yang abstrak serta tidak direalisasikan dalam barang, namun cuma bisa diamati penggunaannya lewat: angket, tanya jawab, observasi, tes( uji), pemilihan, serta lain- lain. Periset bisa memakai salah satu ataupun kombinasi teknik terkait dari permasalahan yang dialami ataupun yang diawasi.

Dalam riset objektif, supaya data yang kita kumpulkan jadi asi, hingga kita wajib mengenali gimana cara- cara pengumpulan data dalam riset itu, alhasil data yang kita dapat bisa jadi pendukung kepada bukti sesuatu rancangan khusus.

Serta dalam aktivitas riset, kehadiran instrumen riset ialah bagian yang amat integral serta tercantum dalam bagian metodologi riset sebab instrumen riset ialah perlengkapan yang dipakai buat mengakulasi, mengecek, menyelidiki sesuatu permasalahan yang lagi diawasi. Instrumen itu perlengkapan, alhasil instrumen riset itu ialah perlengkapan yang dipakai dalam pencarian kepada tanda- tanda yang terdapat dalam sesuatu riset untuk meyakinkan bukti ataupun melawan sesuatu hipotesa- hipotesa khusus.

Sesuatu intrumen yang bagus pasti wajib mempunyai keabsahan serta reliabilitas yang bagus. Buat mendapatkan instrumen yang bagus pasti tidak hanya wajib diujicobakan, dihitung keabsahan serta realibiltasnya pula wajib terbuat cocok kaidah- kaidah kategorisasi instrumen.

Menata instrumen ialah sesuatu cara dalam kategorisasi perlengkapan penilaian sebab dengan menilai kita hendak mendapatkan data mengenai subjek yang diawasi. Oleh sebab itu, menata instrumen ialah tahap berarti dalam prosedur riset yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu terhadap yang yang lain. Perihal ini dicoba sebab buat melindungi kelangsungan data yang digabungkan dengan utama kasus yang terbuat dalam bagan pengetesan kepada hipotesa- hipotesa yang terbuat.

Berkaiatan dengan perihal itu, pada ulasan artikel ini hendak dijabarkan bermacam perihal terpaut dengan tata cara pengumpulan data.

Penafsiran Teknik Pengumpulan Data

Bagi Suharsimi Arikunto( 2000: 134), instrumen pengumpulan data merupakan perlengkapan tolong yang di seleksi serta dipakai oleh periset dalam kegiatannya mengakulasi supaya aktivitas itu jadi analitis serta dipermudah olehnya. Sebaliknya bagi Ibnu Hadjar( 1996: 160) beranggapan kalau instrumen ialah perlengkapan ukur yang dipakai buat memperoleh data kuantitatif mengenai alterasi karakter elastis dengan cara adil.

Instrumen pengumpul data bagi Sumadi Suryabrata( 2008: 52) merupakan perlengkapan yang dipakai buat merekam- pada biasanya dengan cara kuantitatif- keadaan serta kegiatan atribut- atribut intelektual. Atibut- atribut psikol ogis itu dengan cara teknis umumnya digolongkan jadi ciri kognitif serta ciri non kognitif. Sumadi mengemukakan kalau buat ciri kognitif, perangsangnya merupakan persoalan. Sebaliknya buat ciri non- kognitif, perangsangnya merupakan statment.

Dari sebagian opini pakar di atas, bisa disimpulkan kalau instrumen riset merupakan perlengkapan tolong yang dipakai ol eh periset buat mengakulasi data kuantitat if mengenai variable yang lagi diawasi.

Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data itu sendiri bagi Nan Garis pada umunya terdiri atas 8 langkah, selaku selanjutnya:

Kajian kesusastraan serta diskusi dengan ahli

Pengumpulan data umumnya dimulai dengan mengakulasi data yang berkaitan dengan permasalahan riset. Informasi- data itu bisa didapat lewat pengawas kesusastraan yang relevan serta diskusi dengan para pakar. Lewat usaha- usaha ini periset berupaya menguasai betul- betul rumor riset, rancangan, serta variable- variabel yang dipergunakan oleh periset lain dalam menekuni perihal yang seragam di era kemudian, serta hipotesis- hopotesis yang sempat diawasi pada durasi kemudian. Butuh pula dimengerti identitas orang yang jadi responden kita dalam riset.

Menekuni serta melaksanakan pendekatan kepada golongan warga di mana data akan Artinya biar periset yang berhubungan bisa diperoleh di dalam golongan warga itu serta menguasai bermacam Kerutinan yang legal di dalamnya. Buat itu butuh berhubungan pendekatan kepada tokoh- figur yang berhubungan.

Membina serta menggunakan ikatan yang bagus dengan responden serta lingkungannya Buat arti itu periset butuh menekuni kebiasaan- Kerutinan respondennya tercantum metode mereka berasumsi, metode mereka melaksanakan suatu, bahasa yang dipergunakan, durasi senggang mereka, serta serupanya.

Percobaan coba ataupun angkasawan study

Pengumpulan data didahului dengan percobaan coba instrumen riset pada segerombol warga yang ialah bagian dari populasi yang bukan sample. Artinya buat mengenali apakah instrument itu lumayan profesional ataupun tidak, komunikatif, bisa dimengerti, serta serupanya.

Merumuskan serta menata pertanyaan

Sehabis hasil percobaan coba itu dipelajari, disusunlah instrumen riset dalam wujudnya yang terakhir berbentuk pertanyaan- pertanyaan yang relevan dengan tujuan riset. Persoalan itu wajib diformulasikan sedemikian muka alhasil beliau memiliki arti yang penting serta substansif.

Menulis serta berikan isyarat( recording and coding)

Lewat instrumen riset yang sudah direncanakan, dicoba pencatatan kepada data yang diperlukan dari tiap responden. Informasi- data yang didapat dari pencatatan ini diberi isyarat untuk mempermudah cara analisa.

Cross checking, keabsahan, serta reliabilitas

Langkah ini terdiri atas cross checking kepada data yang sedang diragukan kebenarannya, dan mengecek keabsahan serta reliabilitasnya.

Pengorganisasian serta isyarat balik data yang sudah terkumpul biar bisa dianalisis.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan tahap yang sangat penting dalam cara riset, sebab tujuan penting dari riset merupakan memperoleh data. Teknik pengumpulan data yang dibutuhkan disini merupakan teknik pengumpulan data mana yang sangat pas, alhasil betul- betul diterima data yang asi serta reliable.

Dalam sesuatu riset, tahap pengumpulan data merupakan satu langkah yang amat memastikan kepada cara serta hasil riset yang hendak dilaksanakan itu. Kekeliruan dalam melakukan pengumpulan data dalam satu riset, hendak berdampak langsung kepada cara serta hasil sesuatu riset.

Aktivitas pengumpulan data pada prinsipnya ialah aktivitas pemakaian tata cara serta instrumen yang sudah didetetapkan serta dicoba keabsahan serta reliabilitasnya. Dengan cara simpel, pengumpulan data dimaksud selaku cara ataupun aktivitas yang dicoba periset buat menguak ataupun menangkap bermacam kejadian, data ataupun situasi posisi riset cocok dengan lingkup riset. Dalam prakteknya, pengumpulan data terdapat yang dilaksanakan lewat pendekatan riset kuantitatif serta kualitatif.

Dengan situasi itu, penafsiran pengumpulan data dimaksud pula selaku cara yang melukiskan cara pengumpulan data yang dilaksanakan dalam riset kuantitatif serta riset kualitatif. Pengumpulan data, bisa dimaknai pula selaku aktivitas periset dalam usaha mengakulasi beberapa data alun- alun yang dibutuhkan buat menanggapi persoalan riset( buat riset kualitatif), ataupun mencoba anggapan( buat riset kuantitatif).

Teknik pengumpulan data amat didetetapkan oleh metodologi riset, apakah kuantitatif ataupun kualitatif. Dalam riset kualitatif diketahui teknik pengumpulan data: pemantauan, focus group discussion( FGD), tanya jawab mendalam( indent interview), serta riset permasalahan( case study). Sebaliknya dalam riset kuantitatif diketahui teknik pengumpulan data: angket( questionnaire), tanya jawab, serta pemilihan.

Sebagian teknik pengumpulan data dengan cara biasa:

1. Pemantauan( observasi)

Nasution( 1998) melaporkan kalau, pemantauan merupakan bawah seluruh ilmu wawasan. Para akademikus cuma bisa bertugas bersumber pada data, ialah kenyataan hal bumi realitas yang didapat lewat pemantauan. Mursall( 1995) melaporkan kalau“ through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior” lewat pemantauan, periset berlatih mengenai sikap, serta arti dari sikap itu.

Sanafiah Faisal( 1990) melainkan pemantauan jadi pemantauan berpartisifasi( participant observastion), Pemantauan dengan cara berterus terang serta tersamar( overt observastion and covert observastion), pemantauan yang tidak bersistem( unstructured observation), tiap- tiap jenis serta tipe pemantauan itu dipakai cocok dengan karakter subjek material pangkal data riset.

Pemantauan Partisipatif( participant observastion)

Pemantauan partisipatif ialah selengkap strategi dalam riset yang tujuannya merupakan buat memperoleh data yang komplit. Perihal ini dicoba dengan meningkatkan kedekatan yang dekat serta mendalam dengan satu golongan orang dilingkungan alami mereka. Dalam riset ini periset memutuskan beberapa tujuan serta menaruh dirinya selaku bagian dari subjek yang lagi di telitinya.

Susan Stainback( 1998), melaporkan kalau“ in participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam pemantauan partisipatif, periset mencermati apa yang digarap orang, mencermati apa yang mereka ucapkan, serta ikut serta dalam kegiatan mereka.

Dalam pemantauan partisipatif ada sebagian jenis kedudukan kontestan yang terjalin di alun- alun riset kualitatif. Bagi Junker ada sebagian berbagai jenis kedudukan kontestan dilapangan ialah:

  1. Kedudukan dan komplit, ialah kedudukan pengamat dalam ikatan ini jadi badan penuh dari yang dicermati. Pengamat hendak mendapatkan data mengenai apapun dari yang dicermati, tercantum yang benda kali yang disembunyikan.
  2. Kedudukan dan selaku pengamat, ialah periset dalam ikatan ini berfungsi selaku pengamat( ply on the wall). Statusnya selaku badan dalam ikatan ini sesungguhnya cuma hingga pura- pura saja, alhasil tidak melebur dengan cara raga ataupun kejiwaan dalam penafsiran yang sebetulnya.
  3. Pengamat selaku aktor dan, dalam ikatan ini periset selaku pengamat turut melaksanakan apa yang di jalani oleh nara pangkal selaku yang teramati walaupun belum seluruhnya.
  4. Pengamat penuh, dalam ikatan ini peran pengamat serta yang dicermati terpisah, data diteruskan satu arah saja, alhasil poin tidak merasa dicermati.

Pemantauan Lalu Jelas ataupun Tersamar

Pada penjelasan di atas sudah dipaparkan kalau karakteristik riset kualitatif antara lain merupakan buat menciptakan serta menguak kenyataan yang terdapat di alun- alun dengan cara alami( alami setting). Konsekuensinya periset wajib dengan cara teliti serta bijak mempraktikkan teknik pengumpulan data di alun- alun pada nara pangkal, supaya betul- betul data diperolehnya bertabiat alami.

Oleh sebab itu dalam pemantauan periset dalam pengumpulan data“ melaporkan lalu jelas pada pangkal data( pada warga yang ditelitinya, kalau periset lagi melaksanakan pemantauan dalam riset”. Pada jenis ini seluruh cara yang dicoba oleh periset dikenal seluruhnya oleh orang yang diawasi.“ Tetapi dalam sesuatu dikala periset tidak lalu jelas ataupun tersamar dalam pemantauan, perihal ini buat menjauhi jika sesuatu data yang dicari ialah data yang sedang disembunyikan. Mungkin jika dicoba dengan lalu jelas, hingga periset tidak hendak diijinkan buat melaksanakan pemantauan.

Pemantauan Tidak Berstruktur

Dalam riset kualitatif dicoba dengan tidak tertata, sebab fokus riset belum nyata. Fokus pemantauan hendak bertumbuh sepanjang aktivitas pemantauan berjalan. Jika permasalahan riset telah nyata semacam dalam riset kuantitatif, hingga pemantauan bisa dicoba dengan cara bersistem dengan memakai prinsip pemantauan.

Pemantauan tidak tertata merupakan pemantauan yang tidak direncanakan dengan cara analitis mengenai apa yang hendak di pemantauan. Perihal ini disebabkan periset tidak ketahui dengan cara tentu mengenai apa yang hendak dicermati. Dalam melakukan riset tidak memakai instrumen yang sudah dasar, tetapi cuma berbentuk rambu- rambu observasi.

Berikutnya Spradley( 1980) berkata dalam riset kualitatif mempunyai jenjang serta subjek yang pemantauan. Jenjang pemantauan, ialah; Pemantauan deskriftif, Pemantauan terfokus, serta Pemantauan terpilih. Serta subjek yang diobservasi merupakan ruang( tempat), pelakon( bintang film) serta aktivitas( kegiatan).

Dari ketiga subjek itu bisa dibesarkan lagi jadi sebagian item utama, ialah; Ruang( tempat) dalam pandangan fisiknya; Pelakon ialah seluruh orang yang ikut serta dalam suasana; Aktivitas, ialah apa yang dicoba orang dalam suasana itu; Subjek, ialah barang- barang yang ada di tempat itu; Aksi, ialah tindakan- tindakan khusus; Peristiwa ataupun insiden, ialah susunan aktivitas; Durasi, ialah menyangkut antrean aktivitas, tujuan, ialah apa yang mau digapai serta marah; Perasaan yang dialami serta diklaim.

2. Questioner( Angket atau Angket)

Questioner diucap pula angket ataupun self administrated questioner merupakan teknik pengumpulan data dengan metode mengirimkan sesuatu catatan persoalan pada responden buat diisi.

Bersumber pada metode menata persoalan dalam teknik questioner ini dipecah jadi 2:

Angket terbuka( Opene and Items)

Merupakan sesuatu angket dimana pertanyaan- pertanyaan yang dituliskan tidak diadakan balasan opsi alhasil responden bisa leluasa atau terbuka besar buat menjawabnya cocok dengan opini atau pemikiran serta pengetahuannya.

Keunggulan angket terbuka; 1) Menata persoalan amat gampang, 2) Membagikan independensi pada responden buat menanggapi serta melimpahkan isi batin serta pemikirannya.

Kelemahan kusioner terbuka; 1) Buat periset amat susah memasak serta membagi balasan sebab amat bervariasinya balasan yang diserahkan oleh responden, 2) Pengerjaan balasan menyantap durasi yang lama, satu serta lain perihal periset wajib membaca satu persatu, 3) Buat periset bisa jadi memunculkan rasa jenuh sebab tulisannya susah dibaca, perkataan tidak nyata dari balasan yang diserahkan oleh responden, 4) Rasa berat kaki hendak mencuat pada responden yangtidak memiliki banyak durasi senggang buat menanggapi.

Koesioner tertutup( Closed and Items)

Merupakan sesuatu angket dimana pertanyaan- pertanyaan yang dituliskan sudah diadakan balasan opsi, alhasil responden bermukim memilah salah satu dari balasan yang sudah diadakan.

Keunggulan angket tertutup; 1) Buat periset, gampang memasak balasan yang masuk, 2) Buat periset, durasi yang digunakan dalam pengelompokkan balasan jadi pendek sebab bisa menggunakan dorongan enumerator, 3) Buat responden, gampang memilah balasan, 4) Buat responden, dalam memuat balasan mmerlukan durasi pendek.

Kelemahan kuestioner tertutup; 1) Buat periset, dalam kategorisasi persoalan butuh berjaga- jaga supaya tidak ditafsirkan lain( berarti dobel), 2) Buat responden, independensi menanggapi merasa dibatasi.

3. Interview( Tanya jawab)

Tanya jawab merupakan sesuatu pertanyaan jawab dengan cara lihat wajah yang dilaksanakan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai buat mendapatkan data yang diperlukan.

Esterberg( 2002) mendeskripsikan interview selaku selanjutnya:“ a rapat of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in- communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Tanya jawab merupakan ialah pertemuan 2 orang buat beralih data serta ilham lewat pertanyaan jawab, alhasil bisa dikonstruksikan arti dalam poin khusus.

Bagi Mishler( 1986: 82), beliau mengatakan mengenai tanya jawab alun- alun merupakan“ The field interview is a joint production of researcher and a member. Member are active participant whose insights, feelings, and cooperation are essential part of a discussion process that reveals subjective meanings. The interviewer’ s presence and from of involvement how she or he listens, attends, encourages, interrupts, digresses, initiates topics, and terminates responses- is integral to the respondent’ s account”.

Tanya jawab alun- alun merupakan penciptaan bersama periset serta badan. Badan yang partisipan aktif yang pengetahuan, perasaan, serta kerjasama ialah bagian berarti dari cara dialog yang mengatakan arti individual. Kedatangan pewawancara serta dari keikutsertaan gimana ia mencermati, mendatangi, mendesak, memotong, digresses, mengawali poin, serta selesai tanggapan- merupakan bagian integral akun responden.

Macam- macam Interview atau wawancara

Esterberg( 2002) mengemukakan sebagian berbagai tanya jawab, ialah; Tanya jawab tertata( structured interview); Tanya jawab semiterstruktur( semistructure Interview); Tanya jawab tidak bersistem( unstructured Interview).

Langkah- langkah wawancara

Lincoln serta Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan terdapat 7 tahap dalam pemakaian tanya jawab buat mengakulasi data dalam riset kualitatif, ialah:

  • Memutuskan pada siapa tanya jawab itu hendak dicoba.
  • Menaruh fundamental permasalahan yang hendak jadi materi dialog.
  • Membuka ataupun membuka ceruk tanya jawab.
  • Mengkonfirmasikan abstrak hasil tanya jawab serta mengakhirinya.
  • Menorehkan hasil tanya jawab ke dalam memo alun- alun.
  • Mengidentifikasikan perbuatan lanjut hasil tanya jawab yang sudah didapat.

Isi wawancara

Sebagian tipe yang bisa diklaim dalam tanya jawab merupakan:

  • Pengalaman serta aksi responden, ialah apa yang sudah dikerjakannya ataupun yang umum dikerjakannya.
  • Opini, pemikiran, asumsi, artian ataupun perkiraanya mengenai suatu.
  • Perasaan, jawaban penuh emosi, apakah beliau merasa takut, khawatir, suka, bahagia, berprasangka, gusar serta serupanya mengenai suatu.
  • Wawasan, fakta- fakta, apa yang diketahuinya mengenai suatu.
  • Penginderaan, apa yang diamati, didengar, dirabah, dikecap ataupun diciumnya, dijabarkan dengan cara deskriptif.
  • Kerangka balik pembelajaran, profesi, wilayah asal, tempat bermukim, keluarga serta serupanya.

Sebagian pandangan di atas direncanakan supaya bisa mengestimasi kehampaan kepada suatu yang akan ditanyakan. Modul persoalan bisa melingkupidimensi durasi, semacam mengenai apa- apa yang digarap responden di era dulu sekali, saat ini serta hendak tiba. Serta pada intinya pertanyaan- pertanyaan yang diformulasikan wajib berdasar pada arah riset ataupun wajib cocok dengan tujuan riset.

Alat- alat wawancara

Novel memo: berperan buat menulis seluruh dialog ataupun obrolan dengan pangkal data, saat ini telah banyak komputer- komputer kecil, notebook yang bisa dipakai buat menulis hasil dialog.

Tape recorder: berperan buat merekam seluruh obrolan ataupun dialog. Pemakaian tape recorder dalam tanya jawab butuh berikan ketahui pada informan bisa ataupun tidak.

Kamera: buat memfoto jika periset lagi melaksanakan dialog dengan informan atau pangkal data. Dengan terdapatnya potret- potret ini bisa tingkatkan kesahan serta riset hendak lebih aman, sebab periset betul- betul melaksanakan pengumpulan data.

4. Document( Akta)

Akta merupakan ialah memo insiden yang sudah kemudian. Akta bisa berupa catatan, lukisan, ataupun buatan menumental dari seorang yang lain. Akta yang berupa catatan, misalnya memo setiap hari, asal usul kehidupan( life histories), narasi, memoar, peraturan, kebijaksanaan. Akta yang berupa lukisan, misalnya gambar, lukisan hidup, coretan, film, film, CD, DVD, cassete, serta lain- lain. Akta yang berupa buatan misalnya buatan seni, buatan menggambar, arca dokumen, catatan, prasasti serta lain serupanya.

Dengan cara interpretatif bisa dimaksud kalau akta ialah rekaman peristiwa era kemudian yang ditulis ataupun dicetak, bisa ialah memo anekdotal, pesan, novel setiap hari serta dokumen- dokumen. Akta kantor tercantum kepingan dalam, komunikasi untuk khalayak yang beraneka ragam, file anak didik serta karyawan, diskripsi program serta data statistik pengajaran. Nasution menarangkan kalau:” terdapat pangkal yang non orang( non human resources), antara lain merupakan akta, gambar serta materi statistik.

Akta dipakai dalam riset selaku pangkal data inferior apabila akta itu mempunyai angka. Bagi Wang serta Soergel( 1998), angka khasiat akta bisa diamati dari sebagian perihal selaku selanjutnya:

Evistemic values, ialah sesuatu akta keberadaannya amat bermanfaat untuk pelampiasan keinginan hendak wawasan ataupun data yang tidak atau belum dikenal. Angka evistemic ialah prasyarat untuk seluruh akta.

Functional values, ialah sesuatu akta yang keberadaannya amat bermanfaat sebab berikan konstribusi pada riset yang dicoba. Akta hendak bermanfaat sebab bermuatan filosofi, data pendukung empiris, ataupun metodologi.

Conditional values, ialah sesuatu akta amat bermanfaat bila timbul sebagian situasi ataupun ketentuan terkabul, ataupun ada akta lain yang bisa menguatkan akta itu.

Social values, ialah sesuatu akta keberadaannya amat bermanfaat dalam ikatan dengan golongan ataupun orang. Semacam berkaitan dengan guru, figur warga, kiyai, malim’, ataupun figur yang lain.

Jadi hasil riset dari pemantauan ataupun tanya jawab, hendak bisa diyakini jika dibantu oleh asal usul individu kehidupan pada waktu kecil, di sekolah, di tempat kegiatan, di warga, serta autobiografi. Hasil riset pula hendak lebih andal bila dibantu oleh potret- potret ataupun buatan catat akademik serta seni yang sudah terdapat.

Berikutnya butuh dicermati kalau tidak seluruh akta mempunyai andal yang besar, misalnya ada bermacam gambar yang tidak memantulkan aslinya, sebab gambar terbuat buat kebutuhan khusus. Sedemikian itu pula autoboigrafi yang di catat buat dirinya sendiri.

Tipe- tipe Data

Selanjutnya ini ada sebagian tipe- tipe data, terdiri atas:

1. Bersumber pada Jenis PENELITIAN

Terdiri atas:

Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang bisa diinput ke dalam rasio pengukuran statistik. Kenyataan serta kejadian dalam data ini tidak diklaim dalam bahasa natural, melainkan dalam numerik.

Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang bisa melingkupi nyaris seluruh data non- numerik. Data ini bisa memakai perkata buat melukiskan kenyataan serta kejadian yang dicermati.

2. Bersumber pada SUMBER

Terdiri atas:

Data Primer

Data pokok merupakan data yang digabungkan oleh periset sendiri ataupun dirinya sendiri. Ini merupakan data yang belum sempat digabungkan lebih dahulu, bagus dengan metode khusus ataupun pada rentang waktu durasi khusus.

Data Sekunder

Data inferior merupakan data yang digabungkan oleh orang lain, bukan periset itu sendiri. Data ini umumnya berawal dari riset lain yang dicoba oleh lembaga- lembaga ataupun badan semacam BPS serta lain- lain.

3. Bersumber pada Metode MEMPEROLEH

Terdiri atas:

Data Observasional

Data pemantauan merupakan data yang dibekuk in sana. Data ini sekali jadi ataupun tidak dapat diulang, dilahirkan ataupun ditukar.

Data Wawancara

Data tanya jawab merupakan data yang didapat lewat tanya- jawab antara periset serta informan. Data ini dapat divalidasi memakai triangulasi.

Data Eksperimental

Data eksperimental merupakan data yang digabungkan dalam situasi teratasi, in sana ataupun berplatform makmal serta wajib dapat direproduksi.

4. Bersumber pada Bentuk BERKAS

Data Kuantitatif

Ilustrasi: SPSS, SAS, Microsoft Ecel, XML serta lain- lain.

Data Kualitatif

Ilustrasi: Microsoft Word, Rich Text Bentuk, HTML serta lain- lain.

Prinsip- Prinsip Pengumpulan Data

Terdapat sebagian prinsip yang butuh dicermati dalam cara pengumpulan data, ialah selaku selanjutnya:

  • Data- data yang digali ataupun digabungkan wajib bersumber pada situasi obyektif dari posisi riset, janganlah direka ataupun dikira- kira oleh pemikiran
  • Perlengkapan pengumpul data ataupun instrumen riset wajib relevan dengan tujuan riset. Oleh sebab itu, instrumen riset yang dipakai dalam riset kuantitatif, wajib lewat analisa try out( percobaan coba) instrumen. Pada biasanya, analisa percobaan coba instrumen, paling tidak menganalisa bagian keabsahan( keabsahan) serta reliabilitas. Sedangkan dalam riset kualitatif, keabsahan data alun- alun amat dipengaruhi oleh keahlian periset dalam cara pengumpulan data. Oleh sebab itu, ada perbandingan pokok cara pengumpulan data dalam riset kuantitatif dengan
  • Pihak- pihak yang dihubungi ataupun diucap ilustrasi riset( buat riset kuantitatif) serta subyek riset( buat riset kualitatif) wajib relevan dengan apa yang hendak
  • Prinsip kerahasiaan( confidencial), dimana nama- nama ilustrasi ataupun responden riset wajib dipastikan kerahasiaannya. Oleh sebab itu, hendaknya buat mengenali bukti diri ilustrasi, hendaknya dipakai kodefikasi.
  • Sebagian rumor benar yang wajib dicermati kala mengakulasi data antara lain:
    • Menganggap data yang diserahkan responden dengan menggenggam prinsip kerahasiaan serta melindungi individu responden ialah salah satu tanggung jawab penelitii
    • Periset tidak bisa mengemukakan perihal yang tidak betul hal watak riset pada poin. Dengan begitu, periset wajib mengantarkan tujuan dari riset pada poin dengan
    • Data individu ataupun yang nampak memberi hendaknya tidak ditanyakan, serta bila perihal itu telak dibutuhkan buat riset, hingga penyampaiannya wajib dikatakan dengan sensibilitas yang besar pada responden, serta membagikan alibi khusus kenapa data itu diperlukan buat kebutuhan riset.
    • Apapun watak tata cara pengumpulan data, harga diri serta martabat poin tidak bisa dilanggar
    • Tidak bisa terdapat desakan pada orang buat merespon survey serta responden yang tidak ingin ikut serta senantiasa harus
    • Dalam study lab, poin wajib diberitahukan seluruhnya hal alibi penelitian sehabis mereka ikut serta dalam studi
    • Poin tidak bisa dihadapkan pada suasana yang mengecam mereka, bagus dengan cara raga maupun
    • Tidak bisa terdapat penyampaian yang salah ataupun bias dalam memberi tahu data yang digabungkan sepanjang study.

Demikianlah ulasan hal Teknik Pengumpulan Data– Penafsiran, Cara, Tipe serta Prinsip mudah- mudahan dengan terdapatnya keterangan itu bisa menaikkan pengetahuan serta wawasan kamu seluruh, dapat kasih banyak atas kunjungannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *